Kisah Sejarah Pusaka Keris Naga Runting

Bagi masyarakat tanah cirebon dan sunda yang masih mengetahui budaya leluhur pasti bakal mengetahui tentang barang-barang pusaka para leluhurnya, Seperti Keris legendaris di daerah Jawa Barat ialah Keris Naga Runting yang sangat terkenal dengan keampuhan dan kesaktiannya, inilah Kisah Sejerah Pusaka keris Naga Runting peninggalan Prabu Siliwangi hingga saat ini sedang diperbincangkan serta dicari orang-orang untuk dimiliki.

Keris Naga Runting begitu terkenal sampai seluruh pelosok nusantara, meski pun tidak ada yang bisa membuktikan secara langsung tapi kesaktian dan sejarahnya yang penuh dengan misteri sampai membuat cerita itu terasa sangat tidak asing untuk didengar, pusaka keris ini dulunya menjadi senjata pamungkas oleh ‘Prabu Siliwangi’ ini secara kasat mata memang kelihatan menawan bagi siapa yang melihat keris tersebut.

Namun tidak banyak orang mengetahui kisah sejarah pusaka Keris Naga runting yang dipercayai menjadi salah satu benda pusaka Prabu Siliwangi, dalam penjelasan dibawah ini sedikit banyaknya bakal kita singgung mengetahui sejarah dan asal usul sekaligus manfaat atau pun khasiat dari jenis barang bertuah satu ini, pastikan kamu menyimak artikel berikut sampai selesai.

Kisah Sejarah Keris Naga Runting

Keris ini pun kerap disebut dengan ‘Naga Runting’ makan emas atau bahasa jawanya ngemut emas diberikan sebab pusaka keris ini terdapat bintik emas melekat dimulut atau dilidah naga sebagai karakter utama dari benda pusaka itu.

Meski pun tidak ada yang mengetahui siapa yang buat keris pusaka pada masa itu sebagai pusaka pamungkas Prabu Siliwangi tapi masyarakat jawa dari turun termurun sangat percaya kalau pembuat keris pusaka itu tidak lain ialah Empu kepercayaan dari Kerajaan Pajajaran adalah Empu Anjani dan Empu Welang, menurut humor yang ada bahan digunakan menjadi pusaka itu ialah paku emas, banyak orang juga sangat mempercayai paku emas dimaksud sebagai dari hasil persemedian Prabu Siliwangi dikaki bukti Gunung Salak.

Prabu Siliwangi sebagai Raja penuh kewibawaan yang berkeinginan mempunyai sebilah pusaka tidak tertandingi dari segi keartistikan dan kesaktiannya, oleh sebab itu Prabu Siliwangi memanggil Empu Welang untuk dibikinkan keris, Sesudah mendengar keinginan Prabu Siliwangi tersebut Empu Welang pun memberikan saran kepada Sang Prabu Siliwangi menimbali atau pun dipanggil Empu Anjani gunanya untuk membantu pembuatan keris pusaka itu, hal ini dilakoni Empu Welang dengan alasannya bahwa Empu Anjani mempunyai keahlian yang sangat luar biasa membuat bentuk keris pusaka dengan sangat sempurna.

Semenjak itu Prabu Siliwangi diberikan ke-2 Empu itu mengawali pembuatan keris pusaka dengan bersemedi serta puasa selama “40 hari 40 malam” menjadi ritual sakral pembuatan keris tidak tertandingi, sesudah melewati beberapa pembuatan paku emas sudah berubah jadi sepucuk keris dengan leku 13 akhirnya disempurnahkan Empun Anjani pun memberikan tatahan berupa kepala naga dipangkalnya dan butiran emas mengkilat diujung mulut (lidah) sang naga.

Sesudah keris itu akhirnya diberikan nama Keris Naga Runting, “warangka” dibuat dari kayu cendana dengan keistimewaan pusaka itu tidak tertandingi pada masa itu.

Kedua Empu itu sudah berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sangat bagus dan keris itu diserahkan kepada Prabu Siliwangi, beliau pun merasa sangat bahagia melihat keris yang dipesan oleh beliau itu sangat bagus sekali, sebab kesuksesan itulah Empu Welang dan Empu Anjani diberikan sebuah hadiah berupa tanah tegalan diwilayah kerajaan.

Manfaat Dan Kesaktian Keris Naga Runting

Manfaat pusaka Keris Naga Runting ialah Sang Raja memang mempunyai banyak tidak terbantahkan, ada beberapa fungsi Keris itu diantaranya yakni :
– Sebagai sarana kewibawaan.
– Sebagai oengayom serta disegani rakyat.
– Sebagai menjaga diri dari kejahatan.
– Sebagai kekebalan karena khodam atau tuah di dalamnya.
– Dll.

Dalam perkembangnya sebab sangkin terkenal dan Keris Naga Runting dimasa berikutnya bahkan hingga masa kerajaan Islam di ‘Indonesia’ .

Puan Maharani, Perempuan Pertama Menjabat Ketua DPR RI

DPR RI tanggal 1 Oktober 2019 mengadakan sidang paripurna ke-2 di Senayan, Kompleks Parlemen, Jakarta yang beragendakan laporan susunan fraksi sekaligus mengambil sumpah dari 5 pimpinan DPR Republik Indonesia. Sidang Selasa itu dipimpin Abdul Wahab Dalimunthe yang menjabat sebagai pimpinan sementara. 

Sejumlah wajah baru anggota dewan juga terlihat menghadiri sidang paripurna, diantaranya Wakil Ketum Gerindra yaitu Sugiono, Krisdayanti Politikus dari PDIP, Mulan Jameela politikus Gerindra, Andre Rosiade politikus Gerindra dan lainnya. Turut hadir pula Puan Maharani, Sufmi Dasco Ahmad, Aziz Syamsuddin, Muhaimin Iskandar dan Rachmat Gobel.

5 partai yang memperoleh suara terbanyak dalam Pemilu 2019, mengirimkan kadernya agar menempati posisi pimpinan DPR 2019-2024. Dari 5 partai itu, Fraksi PKB paling terlambat ketika menyetorkan nama kadernya. 5 kader dai 5 partai tersebut antara lain:

  1. Puan Maharani (PDIP) jabatan Ketua DPR.
  2. Aziz Syamsuddin (Golkar) jabatan Wakil Ketua DPR
  3. Sufmi Dasco Ahmad (Gerindra) jabatan Wakil Ketua DPR
  4. Rachmat Gobel (NasDem) jabatan Wakil Ketua DPR
  5. Muhaimin Iskandar (PKB) jabatan Wakil Ketua DPR

Mereka berlima melakukan sumpah jabatan saat rapat paripurna, tepatnya jam 19.00 WIB dan pengambilan sumpah dilakukan Ketua MA (Mahkamah Agung). Pemilihan siapa pimpinan DPR diketahui dilakukan berdasarkan sistem proporsional yakni berdasarkan kursi paling banyak dalam parlemen. 

Berdasarkan sistem tersebut, pastinya Ketua DPR periode kali ini menjadi jatahnya PDIP dan nama Puan Maharani tak terbantahkan untuk menduduki kursi ketua DPR sebagaimana UU MD3 yang menyatakan bahwa partai pemenang dalam pemilu akan memegang jabatan Ketua DPR dengan didampingi 4 wakilnya yang mana diperoleh sesuai urutan jumlah perolehan kursi pemilu.

Dengan bangga Puan menyatakan bahwa dengan resminya ia menduduki kursi Ketua DPR, hal itu merupakan pencapaian luar biasa sebab 74 tahun ke belakang belum ada seorang pun perempuan yang menjabat Ketua DPR. Ibunya adalah perempuan pertama yang menjadi Presiden RI. Sedangkan ia adalah perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR RI.

Puan Maharani berharap dirinya menjadi inspirasi kaum perempuan di bidang politikan. Politik menurutnya bukanlah hal tabu bagi perempuan dengan semua dinamika di dalamnya.