Sejarah Pneumonia, Penyakit Berbahaya yang Membunuh Jutaan Jiwa

Pneumonia adalah infeksi serius yang menyerang paru-paru dan telah menjadi penyebab kematian utama sejak berabad-abad lalu. Penyakit ini menjadi berbahaya karena menyerang sistem pernapasan, menyebabkan kantung-kantung udara di paru-paru terisi cairan atau nanah, sehingga mengganggu oksigenasi tubuh. Pneumonia menjadi perhatian besar dalam dunia medis karena sulitnya pengobatan pada masa lalu dan tingkat kematiannya yang tinggi, terutama di kalangan anak-anak, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Awal Penemuan dan Pemahaman Pneumonia

Catatan pertama tentang pneumonia sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Hipokrates, yang dikenal sebagai “Bapak Kedokteran,” mendeskripsikan gejala penyakit ini pada abad ke-4 SM. Namun, pemahaman tentang penyebab dan pengobatan pneumonia masih sangat terbatas saat itu. Karena belum ada teknologi atau pengetahuan yang memadai, pneumonia pada masa itu seringkali berujung pada kematian.

Pada abad ke-19, ilmuwan Prancis René Laennec memainkan peran penting dalam memahami penyakit paru-paru dengan menciptakan stetoskop, alat yang masih digunakan hingga sekarang untuk mendengarkan suara pernapasan. Penemuan ini membantu para dokter untuk lebih memahami ciri-ciri pneumonia dan gejala lainnya yang menyerang sistem pernapasan.

Penemuan Bakteri Penyebab Pneumonia

Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menemukan bahwa pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1881, ilmuwan Jerman Carl Friedländer mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumoniae sebagai salah satu penyebab pneumonia. Tak lama kemudian, Albert Fraenkel menemukan bakteri Streptococcus pneumoniae, yang ternyata menjadi penyebab utama infeksi ini. Temuan ini merupakan langkah besar, karena para ilmuwan akhirnya menyadari bahwa pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, bukan hanya kondisi lingkungan atau keturunan.

Dampak Pandemi Influenza dan Pneumonia

Selama pandemi influenza pada tahun 1918–1919, pneumonia menjadi penyebab kematian besar-besaran. Banyak korban influenza yang akhirnya meninggal bukan karena virus influenza itu sendiri, tetapi akibat komplikasi pneumonia yang mengikuti infeksi. Peristiwa ini menekankan pentingnya menangani infeksi paru-paru dan menggerakkan para ilmuwan untuk mengembangkan metode pencegahan yang lebih baik.